Ruslan
3 min readJun 25, 2024
Photo by eniko kis on Unsplash

Dulunya saya salah satu orang yang malu untuk jualan. Saya merasa jika berjualan itu diasumsikan orang yang susah punya uang, ya karena sampe harus jual-jual barang segala. Belum lagi persepi bahwa jualan itu terlalu nampak mata duitan. Akhirnya saya menutup diri karena asumsi-asumsi itu.

Bahkan sempat, suatu kali saya memiliki barang yang sudah tak terpakai. Karena saking malunya jualan barang tersebut. Padahal sebenarnya barang itu cuma sebuah tablet. Terpaksa saya meminta seorang teman untuk menjualkannya dan memberinya komisi untuk itu.

Makin kemari. Makin banyak hal yang membuka mata saya, bahwa jualan proses muamalah yang tidak bisa terhindarkan. Ditambah lagi, jualan adalah cara paling cepat dan efektif dalam menghasilkan uang. Bayangkan jika kita harus menunggu gaji. Tentu ada waktu yang dihabiskan, apakah mingguan atau bulanan. Tentu model mendapatkan uang seperti itu tergolong lama. Dibandingkan dengan kita berjualan sebuah barang, saat terjadi closing. Disaat yang sama kita punya uang cash.

Artinya. Ilmu menjual, selayaknya harus dimiliki siapapun. Penjahit, tentu harus bisa menjual jasa atau baju yang dibuatnya. Pembuat roti, tentu harus bisa menjual rotinya, sampe pengelola sosmed harus juga bisa menjual kemampuannya.

Alhasil, saya mencoba menginstal kemampuan menjual ini dimulai dari step terbawah. Yakni menghancurkan mental malu saat jualan.

Tercetus ide membuat sebuah Quest atau tantangan. Yaitu menulis 100 story jualan. Setiap haris saya mencoba membuat promosi di story media sosial yang saya punya. Bahkan dengan tanpa target omset sama sekali. Alis nol penjualan. Artinya saya tidak sama sekali berifikir apa yang nantinya saya promosikan di story akan laku. Sebab sekali lagi. Ditahap ini, saya hanya perlu cukup merasa pede saja.

Dan Alhamdulillah setelah lebih 6 bulan. Quest 100 story jualan berhasil saya lalui. Saya berjualan bakso, buku, Aromaterapi, dan madu.

Meski tak memiliki target penjualan. Alhamdulillah, dari 100 kali postin. ternyata terjadi 7 kali transaksi. Hal yang tidak pernah saya duga. Dari hasil ini, asumsi bahwa tidak punya bakat berjualan akhirnya pudar. Saya menjadi yakin bahwa ini awal yang baik untuk terus melanjutkan.

Dari proses panjangan menjalani tantangan ini. Ada beberapa insight yang mungkin saya bagi.

  1. Jika kamu seorang yang malu jualan. Maka coba model bikin story promo. Paksakan. Apa saja produknya promosikan. Jangan fikir laku, jangan fikir kata2 promosinya jelek. yang penting posting
  2. Perencanaan sangat penting untuk membuat copywriting. Agar kita tidak kehabisan ide untuk posting
  3. Jangan posting hanya gambar. Pastikan ada narasi yang disampaikan.
  4. dari 7 closing yang terjadi, semuanya dimulai dari orang2 yang hanya melihat-lihat saja. Sampe dibeberapa postingan berikutnya dia yakin untuk beli. Jadi konsisten posting itu penting.
  5. Bila bingung produk apa yang hendak dijual. Cobalah liat story teman-temanmu yang juga sedang berjualan. Kerjasamalah dengannya, bahwa kamu akan membantunya menjual produknya. Minta komisi yang biasa-biasa saja. Jangan terlalu besar. Karena dia juga belum tau kinerjamu.
  6. Sampe ke postingan 90-an, saya menganggap menjual produk orang itu gampang. Tapi lain cerita dengan produk sendiri. Masih ada rasa malu untuk itu.
  7. Selalu beri edukasi kepada audience kita. Sebab kita tidak tau story mana yang akan menghasilkan closingan
  8. Pelajari ilmu copywriting untuk mengasah skill promosi di story
  9. Jangan minder jika belum pernah pecah telor. Bahkan jika sudah 100 postingan story belum pecah telor juga. Maka lakukan terus. Bisa jadi akan terjadi closingan di postingan ke 300. Intinya bertahan dalam kepahitan.
  10. Jangan puas untuk mencoba. Setelah 100 story in. Saya pribadi akan lanjut terus untuk buat quest ke 200 story. Sebab makin banyak jam terbang. Maka makin ahli kita dibidang tersebut.

Bagi saya yang newbie ini. Bisa memaksimalkan 100 story jualan ini sudah sangat menyenangkan. Tidak semuanya akan ahli di langkah awal. Tapi semuanya dimulai dari langkah pertama

Ruslan

Lebih banyak belajar tentang pembentukan kebiasaan dan produktifitas