Diera dimana persaingan semakin ketat, maka kita perlu memiliki salah satu elemen penting untuk dapat menang. Yaitu skill. Namun skill sendiri jika dilihat dari jenisnya memiliki dua pembagian. Hard skill dan Soft skill.
Hard skill adalah kemampuan teknis dibidang yang tertentu. Misalnya skill desain grafis, edit video, copywriting, pemrograman dst. Sedangkan Soft adalah kemampuan yang sifatnya karakter individu. Misalnya kemampuan komunikasi, leadership, berfikir kritis, dst.
Yang menarik adalah menurut penelitian Harvard Study 85 % kesuksesan pekerjaan datang dari soft skill dan hanya 15% sisanya yang berkaitan dengan Hardskill.
Tapi sebelum kesimpulan mana yang lebih penting. Coba kita telaah lebih dalam kedua skill ini.
Hard skill (H) dan softskill (S) setelah saya analisa setidaknya punya empat karakter yang berlawanan.
Pertama :
(H)Terbatas pada bidang tertentu,
(S) Bisa masuk diberbagai bidang
Kata hard dan soft sendiri sendiri diambil dari karakter ini. Kalau dimisalkan hard skill adalah benda padat berbentuk persegi, ketika akan dimasukkan kedalam wadah berbentuk prisma. Maka tidak akan masuk. Sebaliknya jika softskill dimisalkan benda lunak yg bisa menyesuaikan ukuran dan bentuknya, maka akan mudah masuk ke wadah apa saja.
Artinya kemampuan hard skill seperti misalnya menjahit, tentu hanya bisa dipakai pekerjaan seputar konveksi saja. Tidak bisa dipakai di bengkel, bangunan dll. Dan itu berlaku untuk hard skill lainnya. Sedangkan Soft skill, sebut saja misalnya kemampuan komunikasi, tentu bisa dipakai dimana saja, di pabrik, disekolah, dikantor dan industri apapun. Bahkan untuk industri kotor sekalipun, skill komunikasi ini dipergunakan.
Untuk menciptakan pengguna narkoba baru. Para bandar biasanya akan membidik remaja-remaja labil, kemudian mendekati mereka. Berkomunikasi terus menerus bahkan hingga lebih dekat dari orang tua remaja itu. Alhasil, ketika kedekatan sudah dibangun. Maka mulai diajak untuk memakai narkoba, nauzubillah.
Kedua :
(H) Output terlihat jelas
(S) Output tidak terlihat jelas
Output atau hasil dari hard skill akan keliatan dengan sangat jelas. Ahli video, bisa dilihat hasil videonya, desain grafis juga bisa dilihat hasil akhirnya. Tapi softskill tidak. Apa yang akan tampak dari hasil komunikasi yang bagus? Tidak akan terlihat. Tapi jelas akan dirasakan. Hasil dari skill memimpin yang juga tidak akan terlihat kongkritnya. Tapi akan dirasakan manfaatnya.
Ketiga :
(H) Berpotensi tergerus zaman
(S) Dibutuhkan sepanjang zaman
Viral beberapa waktu lalu tentang teknologi Artificial Inteligent (AI) yang bisa menggambar sendiri. Bahkan hasilnya terlihat seperti Ilustrator profesional. Dan bayangkan beberapa tahun lagi. Seseorang dengan hard skill ilustrasi yang sudah dibangun bertahun tahun, akan tergerus dengan teknologi yang semakin maju. Banyak pekerjaan-pekerjaan dahulu yang eksis, namun sekarang sudah hilang tergerus zaman.
Tapi coba kita lirik softskill. Kemampuan leadership misalnya. Dahulu kemampuan memimpin dipake untuk berbagai urusan dan kepentingan. Sampai sekarang kemampuan leadership masih dipakai bahkan semakin populer dengan beragam penemuan metode-metode baru. Hingga kedepan pun waktu tidak menggerus softskill, karena bukan hanya beradaptasi pada tempat. Softskill juga beradaptasi pada waktu.
Keempat :
(H) Penguasaan skill lebih mudah dan cepat.
(S) Penguasaan skill lebih sulit dan lama.
Karena outputnya terlihat jelas. Mempelajari hardskill jadi lebih mudah. Gampangnya. Jika hasilnya tidak sesuai SOP, maka ada yang harus diperbaiki. Kita bisa dengan mudah belajar bagaimana desain grafis, banyak tutorial yang bisa diikuti. Tak butuh waktu lama untuk bisa menyandang gelar desainer.
Tapi tidak untuk softskill. Karena outputnya hanya bisa dirasa tidak untuk dilihat, maka proses belajarnya pun jadi sulit dan lama. Misalnya untuk belajar kemampuan leadership. Apa ukuran kesuksesannya, apakah dengan banyaknya jabatan yang diemban?, jelas itu bukan ukuran. Pun untuk mempelajarinya kita harus melatihnya bertahun-tahun untuk terbiasa.
Balik lagi ke pertanyaan awal mana lebih penting? Pasti sudah jelas jawabannya adalah softskill.
Namun sebenarnya kita tidak bisa memilih. Hardskill dan softskill ini saling melengkapi. Jika keduanya dipelajari tentu lebih baik. Karena nggak jarang awalnya direkrut sebagai desainer grafis tapi kemudian dia diangkat menjadi manager, karena diliat punya kecakapan berkomunikasi dan memimpin.
Namun kekeliruan yang banyak terjadi sekarang. Orang hanya mencukupkan saja pada hardskill, karena mudah terlihat dan cepat bisa dipelajari. Menutup mata untuk softskill yang sebenarnya lebih utama. Hingga ujungnya tidak ada perkembangan yang berarti. Hidup terasa begitu-begitu saja tidak ada pertumbuhan.