Digital Marketing Dakwah

Ruslan
3 min readSep 19, 2023

--

Akhir pekan lalu, tepatnya tanggal 21–22 Mei 2022, menjadi salah satu momen yang menarik dalam hidup saya, dan tentu teman-teman kawula muda se antero Banda Aceh juga merasakan hal yang sama, pasalnya sang maestro dakwah anak muda ustad Hanan Attaki pulang kampung sambil memenuhi undangan untuk memberikan inspirasi di bumi Aceh.

Terlepas dari itu, momen yang sebenarnya sungguh menarik adalah sesi diskusi dan membedah konsep dakwah yang selama ini diterapkan oleh UHA. Dan itu menjadi pelajaran penting bagi saya pribadi. Sangking pentingnya materi itu, saya menyempatkan menulis artikel ini, supaya dikemudian hari bisa dibaca ulang.

Dibalik popularitas beliau yang mentereng, misalnya memiliki 9,1 jt followers Instagram, 2,3 juta subscriber youtube, tapi beliau sejatinya adalah programmer. Orang yang menciptakan program dan mengatur konsep dalam dakwah. Tentu ditulisan ini bukan bermaksud mengkultuskan UHA, tapi hanya sekadar berbagi tentang ilmu yang sudah teruji tentang sebuah konsep pergerakan.

Digital Marketing Dakwah

Sebenarnya apa yang banyak dijelaskan oleh UHA, adalah konsep digital marketing yang materinya banyak bisa kita lihat di internet. Tapi mengaktualisasi pola digital marketing dalam dakwah menjadi terobosan yang menurut saya sangat cemerlang.

Pola sederhananya seperti ini, pada tahap pertama, buatlah trigger, pancingan agar audience mau memasuki kolam yang akan dibuat. Dalam dunia dakwah, buatlah event-event crowded yang menghasilkan banyak traffic, misalnya kajian, tabligh akbar, atau bisa apa saja yang penting rame. Bisa dengan iming-iming tertentu, ustadnya keren, ada doorprize, ada nasi bungkus dll.

Ketika lalu lintas atau trafficnya sudah banyak, maka berikutnya adalah penjaringan. Ajak mereka agar mau mengisi database kita. Misalnya dapat menggunakan absen kehadiran yang tertera nama, no hp dan alamat, atau versi digital yang menggunakan google form.

Setelah kolam database didapatkan, maka langkah berikutnya adalah follow up. Mereka yang sudah memberikan informasinya kepada kita, dimasukan dalam platform khusus, apakah grup WA, Telegram, Facebook dll. Kolam ini menjadi aset, oleh karenanya ibarat memelihara ikan, maka kita mesti merawatnya dengan memberikan pakan. Makanya biasakan untuk memberikan konten yang diinginkan audience, sehingga tumbuh kepercayaan.

Sembari merawat database yang sudah ada, baik dengan konten harian atau interaksi langsung. Proses penambahan database juga mesti dilakukan terus menerus. Sehingga kolam dakwahnya makin membesar dan terus memberikan pengarus yang luas untuk masyarakat

Darisana perubahan-perubahan akan terus dilakukan. Sehingga output yang diharapkan, mereka-mereka yang belum sampai dakwah siap menerima dakwah tersebut. Dalam bahasa UHA, beliau membagi kepada empat ring

  1. Ring 1 — Aktifis dakwah — para pengiat dakwah, yang memproduksi konten-konten dakwah (produsen)
  2. Ring 2 — Konsumen Dakwah — para jamaah yang menerima konten-konten dakwah
  3. Ring 3 — Apatis Terhadap Dakwah — mereka yang belum menerima konten-konten dakwah
  4. Ring 4 — Penolak Dakwah — merek yang tidak menerima bahkan menghalang-halangi dakwah

Dari 4 ring tersebut, market paling banyak ada pada Ring 3, mereka yang belum mengkonsumsi konten-konten dakwah, atau belum tersentuh dakwah. Sehingga, dengan program-program pergerakan dakwah menggiring mereka untuk paling tidak bisa bertransformasi ke Ring 2, atau bahkan sampai Ring 1. Istilah ini yang sering kita dengar dengan Hijrah.

Harapannya, dengan konsep dakwah yang kekinian, bisa menggaet masyarakat modern yang sudah melek akan teknologi. Sebab berdakwah itu harus dengan menggunakan bahasa kaum tersebut. Bukan zamannya lagi kita menolak pembaharuan dan perkembangan. Sebaliknya malah kita harus menjadi perkembangan zaman sebagai wasilah tersebarnya dakwah lebih masif lagi

--

--

Ruslan

Lebih banyak belajar tentang pembentukan kebiasaan dan produktifitas