Mungkin bagi teman-teman yang mengikuti beberapa tulisan saya di sosial media, saya pernah membuat metode daily habit dan daily task. Tujuannya untuk membangun produktiftas dan kebiasaan.
Dalam perjalanannya, saya juga akhirnya membangun konsep metode baru yang juga penting untuk bisa achieve terhadap mimpi-mimpi yang selama ini ingin kita raih. Nama metodenya adalah Daily Quest.
Awal mulanya, sekitar 6 bulan yang lalu, saat saya masih belum bisa menghentikan kebiasaan main game, saya selalu mengikuti daily quest atau misi harian dari game yang saya mainkan. Hampir setiap game memiliki daily quest, supaya user atau pengguna bisa buka game tersebut setiap hari.
Tapi setelah akhirnya berhasil berhenti dari Game, saya mengambil konsep Daily Quest, sebagai misi yang realistis yang bisa saya kerjakan di dunia nyata. Tentu misinya yang sesuai dengan capaian yang ingin saya dapatkan.
Dalam trilogi Upgrowth, dimana Daily habit sebagai produktifitas jangka panjang, kebiasaan yang dilakukan seumur hidup, daily task sebagai produktifitas jangka pendek, kedisiplinan menyelesaikan to do list harian maka daily quest sebagai produktifitas jangka menengah, yaitu pencapaian dalam rentang waktu tertentu. Bisa 1 bulan, 2 bulan, 1 tahun atau 2 tahun.
Sebagai contoh. Dulunya banyak orang berkarier sebagai seorang blogger, tapi semenjak pendapatan blogger menurun, banyak orang beralih profesi lain. Artinya dalam urusan karir, kita kadang berpindah-pindah. Bisa jadi karena faktor teknologi yang terus berkembang, usia, tempat tinggal dan lain-lain. Jadi karir sifatnya sementara, daily quest mengakomodir terjadinya adaptasi yang mudah terhadap perkembangan karir.
Namun dikutub ekstrim yang lain, banyak orang sudah mencoba sesuatu, kayak pengen jadi youtuber, tapi baru upload 3 video sudah berhenti, lantas ketika tergiur dengan peluang lain, mereka langsung pindah. Begitu aja seterusnya sampai tidak ada yang berhasil dari tiap percobaan. Karena perpindahannya begitu cepat tanpa menetapkan batas untuk mencoba yang lain.
Dalam kasus youtube misalnya, untuk paling tidak dapat merasakan cuan disana, hitungan saya paling tidak ada 100 video. Jika kemudian setelah selesai upload 100 video kita kemudian berpindah tidak masalah, karena kita sudah mencapai batas kemungkinan cuannya. Begitu juga peluang-peluang lain, misalnya, upload 1000 item di shutterstock untuk nyoba dapat earning disana, buat 100 postingan di Instagram, untuk nyoba naikkan follower, buat 100 penawaran untuk klien, untuk dapat orderan. Dan seterusnya.
Jadi sekali lagi. Boleh pivot atau pindah-pindah tapi tetapkan dulu batas puncak percobaannya. Jangan berhenti sebelum batas puncaknya diselesaikan. Baru setelah batas puncaknya didapat baru nanti diputuskan untuk nyoba yang lain atau malah melanjutkan di segmen itu terus.
Jelasnya seperti apa bentuk Daily Quest itu?
Yes. Seperti yang saya jelaskan diatas. Konsepnya Seperti quest didalam game. Dimana ada lembaran misi yang ditulis dalam sebuah kertas dan ditempel di papan. Petualang tinggal ambil misi yang diinginkan. kertasnya sendiri saya ganti dengan sticky notes. Saya menuliskan target capaian yang ingin saya raih. Misalnya saya mau kejar upload 100 video youtube. Supaya mudah. Saya breakdown misinya jadi satuan, dan saya hanya tempel 5 notes atau quest. Mulai dari video 01 yang mewakili video pertama, 02, 03, 04 dan 05. Jadi ditahap awal saya hanya buat 5 quest untuk 5 video awal. Saya habiskan itu dulu.
Ketika video pertama selesai saya buat, maka quest 01 selesai. Saya akan merobek notesnya. Artinya dipapan tinggal 4 quest. Begitu seterusnya sampe quest ke 5. Begitu kelima quest selesai. Maka perlu di update 5 quest berikutnya. 06, 07,08, 09, 10. Mewakili jumlah video yang akan dibuat. Dan diulang lagi proses penyelesaian questnya. Sampai 5 quest ini selesai juga. Di update terus hingga 100 quest tercapai. yaitu upload 100 video di youtube.
Saya lebih memilih menempelkan 5 quest saja daripada membuat 100 questnya langsung ditempel semua. Sebab, secara psikologi kita akan terbebani dengan tugas yang sangat banyak. Jadi diupdate berkala saja. Ini terbukti dari saya yang konsisten pakai metode ini hingga hampir satu tahun.
Dalam perjalanannya, saya merumuskan tingkatan daily quest, terutama yang bentuknya karir dalam beberapa tingkatan.
- Daily Quest 1.0
Ditingkat ini, kita cuma berfikir bagaimana bisa menyelesaikan quest secepat mungkin. Tidak perlu mikir ribet apalagi sampe pake sifat perfectionis. Selesaikan bagaimanapun caranya. Seadanyapun tak apa.
Contoh di upload video youtube. Jangan banyak mikir gimana video itu bakalan banyak yang nonton, atau bagaimana pencahayaannya, atau bagaimana editingnya supaya bagus. Kalau gara-gara faktor itu membuat kita lambat atau bahkan menghambat kita menyelesaikan quest tersebut. Maka buat video seadanya saja. Nggak usah fikir editing, pencahayaan, skrip dll. Rekam, edit dikit. Upload, selesai.
Tujuannya apa? supaya basis semangat kita akan tumbuh perlahan. Karena kita sudah ada ‘modal’. Pun secara psikis, begitu kita sudah merasa sukses atas apa yang sudah dibuat, maka tumbuh tekad untuk terus melanjutkan.
2. Daily Quest 2.0
Jika sudah terbiasa dengan sistem, buat dan lari (1.0). Artinya nggak memikirkan gimana hasilnya. Yang penting dibuat dan diselesaikan Questnya. Maka ditingkat berikutnya, adanya proses belajar.
Jadi selain mengerjakan quest hingga selesai. Kita wajib mencari banyak informasi apapun terkait quest. Misalnya balik jika questnya adalah membuat 100 video youtube. Jadi supaya questnya bukan hanya selesai, tapi kita bisa dapat banyak benefit mulai dari view yang tinggi, sampai bisa mendapakan adsense. Maka belajar informasi terkait kesuksesan dalam dunia youtube juga harus dikejar.
Contohnya bisa belajar dari banyak video gratis yang ada di youtube.
atau bisa membaca banyak artikel artikel gratis yang juga banyak tersebar di internet.
3. Daily Quest 3.0
Masih seputar tentang belajar. Di 2.0 kita belajar tentang Hard Skill. Ilmu yang terkait teknis dari quest yang akan kita selesaikan. Ilmu tentang youtube, instagram, digital marketing dll.
Sedangkan, pada fase ini. Kita belajar tentang Soft skill yang mendukung quest kita. Contohnya. Jika questnya adalah membuat 100 video di youtube. Maka apa saja softskill yang dapat mendukung penyelesaian quest itu. Jawabnya bisa, skill design thinking, menemukan ide, riset data dll. Sumbernya juga bisa via youtube atau tulisan yang ada di internet.
Kenapa fase ini juga penting. Karena setelah saya analisa. Dunia ini berkembang dengan sangat cepat, jika hanya hardskill yang dipelajari, maka kita akan tergerus dengan cepat. Berbeda dengan softskill yang akan terus menerus dipergunakan. Misalnya Hardskill menggambar, bisa digantikan dengan AI. Tapi softskill menemukan ide, akan bertahan. Karena sifat softskill yang fleksibel yang bisa masuk ke semua lini.
4. Daily Quest 4.0
Pada tahap ini, masuk pada sistem delegasi. Dimana Quest-quest yang potensial tidak lagi kita kerjakan sendiri. Tapi sudah di delegasikan. yang artinya untuk bisa mencapai tahap ini, sudah dipastikan quest tersebut sudah menghasilkan.
Contoh, saat quest upload 100 video di youtube. Ditambah hasil belajar dari banyak sumber cara agar youtube bisa berkembang. Lama kelamaan ternyata ada hasil dari sana. Adsense pelan-pelan muncul. Dan kita mendapatkan pendapatan yang lumayan.
Setelah sampai pada step itu. Maka jangan kerjakan semuanya sendiri lagi. Delegasikan sebagian pekerjaan dalam mengupload youtube. Bisa jadi dibagian editornya, kita mulai mendelegasikan ke orang lain. Artinya kita membayar orang tersebut untuk mengeditkan video kita. Dengan berkembangnya channel youtube kita. Maka penghasilan makin besar dan pada akhirnya semua bagian dalam mengelola youtube dapat didelegasikan hingga kita hanya menunggu hasil saja.
Sedangkan kita yang sudah tidak lagi berurusan di youtube. Bisa mulai menggerakkan quest lain. Dan membesarkannya seperti yang sebelumnya.
Jika terus menerus dilakukan. Pada akhirnya kita memiliki banyak lini bisnis dan pemasukan. Sehingga apa yang kita inginkan bisa dapat kita raih.
5. Daily Quest 5.0
Dan inilah puncak Quest yang sebenarnya secara pribadi ingin saya capai. Yaitu Wakaf Produktif.
Jadi dari banyak bisnis yang sudah kita lahirkan yang awalnya dulu hanyalah sebuah quest. Berubah menjadi sistem dan berjalan secara autopilot. Maka pada akhirnya bisnis-bisnis ini mesti memberi manfaat bagi akhirat kita.
Jika mindset kita hanya dunia. Sebanyak apapun bisnis yang dibangun. Maka tidak akan pernah cukup apa yang sudah kita dapat. Tapi kalau tujuan akhirnya adalah akhirat, kita menjadikan bisnis itu seluruh atau sebagiannya sebagai aset wakaf. Baik untuk pendidikan maupun dakwah.
Makanya penting sekali untuk menentukan angka cukup. Sehingga tidak tamak terhadap harta. Dengan tujuan akhirnya wakaf. Maka dengan senang hati kita akan terus memperbanyak bisnis dari quest-quest baru sehingga kita bisa mensupport lebih banyak kegiatan pendidikan dan dakwah. Sehingga makin banyak amal jariyah yang bisa kita dapatkan.
Dan pada akhirnya quest ini ujungnya adalah bagaimana kita menyelesaikan misi di dunia tapi kita juga memanen hasilnya di Akhirat.